Sabtu, 10 Maret 2012

Seseorang Sepertimu




Baru-baru ini aku mengunjungi situs favoritku -Namarappuccino-, ada satu posting yang membuatku terpaku. Posting tersebut berjudul "Seseorang Sepertimu". Isinya sedikit banyak sama seperti yang aku jalani sekarang. Sebenarnya, agak miris juga baca posting ini. Tapi cukup menghibur, setidaknya sepertinya bukan hanya aku yang mengalaminya :)

Berikut adalah isi posting tersebut.


Ini nyaris sempurna. Setelah kepergianmu itu, aku menemukan seseorang sepertimu. Gaya dia berbicara, cara dia berpakaian, postur tubuhnya, semuanya sepertimu. Hei, bahkan kamu tahu, Cara dia berjalan dan menyeruput kopi juga sama sepertimu. Atau cara dia memainkan rokok putih di sela-sela jarinya. Ya. Sepertimu.

Jangan lupa, cara dia menyayangiku pun sama sepertimu. Dia akan berlama-lama mendengarku bercerita, membelai rambut panjangku dan kemudian kalau aku menangis, dia akan berkata dengan suara baritonnya, “Semua akan baik-baik saja.” Ya. Sepertimu. Menenangkanku, menghangatkanku.

Aku juga suka berlama-lama bersandar di dada bidangnya. Oya, bahkan parfumnya sepertimu. Lembut, tapi tidak mengurangi sisi maskulinnya. Ya, tentu saja aku betah berlama-lama menyandarkan kepalaku di sana. Aku suka wangi, terutama wangimu. Dan dia memiliki wangi itu. Sepertimu.

Dia juga tidak keberatan dengan kegemaranku berbelanja, atau menonton film, atau sekadar minum di kafe kecil penuh buku. Dia menemaniku dengan sabar. Pada intinya sederhana. Dia suka melihatku bahagia. Sama sepertimu.

Kamu lihat kan, semuanya nyaris sempurna.

Hanya satu yang mengganggu.

Kata ‘seperti’ yang terletak sebelum kata ‘mu’. Di sana. Di sana letak permasalahannya yang membuat segala sesuatu hanya sebatas nyaris. Ya, nyaris. Tapi, tidak pernah sempurna.

Bagaimanapun juga seseorang ‘sepertimu’ artinya tetap bukan ‘kamu’.


Dikutip dari Namarappuccino

0 komentar:

Posting Komentar