Rabu, 21 Maret 2012

Kepada Kamu Dengan Penuh Kebencian


Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan, di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu muncul di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya; menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar kan??

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekedar pancingan, retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku–sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu di sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di camdig yang aku pegang.. oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…., tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan “ini hanyalah ketertarikan fisik semata”. Namun harus dimentahkan oleh hati yang berkata “jangan hiraukan logikamu”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada dalam dirimu. Kesalahan yang aku cari secara paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini, di balik semua rasa kangen, canggung yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan...

Aku takut sendirian.

Raditya Dika

0 komentar:

Posting Komentar